Tulungagung – FGD (Forum Group Discussion) Pengarusutamaan Moderasi Beragama demi terciptanya ukhuwah Islamiyah serta hubungan antar umat beragama yang baik digelar Sabtu 1 Juni 2024 bertepatan dengan peringatan hari lahirnya Pancasila. Ketua Komisi C bidang Ukhuwah Islamiyah MUI Tulungagung H. Supriono menegaskan format acara adalah FGD (Focus Discussion) digelar di Gedung Kemenag Tulungagung. Moderasi beragama adalah salah satu tujuan beragama guna membangun kemaslahatan umum. Perpres 58 Tahun 2023 sudah menjadi bukti kongkrit bahwa bangsa Indonesia bersepakat untuk menciptakan kerukunan dan harmoni antar umat beragama serta melindungi umat dari dampak negative konflik antar umat beragama.
Forum ini menghadirkan nara sumber Prof. Dr. H. Iman Fuadi, M. Ag guru besar UIN SATU Tulungagung, H. Nasim Kepala Kantor Kemenag Tulungagung dan Dr. H. Shoim Al Kassi ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) serta dimoderatori Prof Dr. Khozin, MA.
Ketua Umum MUI Tulungagung yang diwakili H. Efendi Abdullah Sunni berharap forum ini menjadi pemantik aksi kerukunan yang sesungguhnya, baik umat yang seagama dan antar agama. Tampak hadir sebagai peserta adalah para pimpinan MUI Kab Tulungagung, ketua MUI kecamatan, ormas (NU,Muhammadiyah,LDII dan Al-Irsyad), penyuluh agama dan anggota FKUB.
Prof.Dr.Imam Fuadi menegaskan bahwa harmoni di antara pemeluk agama harus diwujudkan di tengah-tengah kehidupan yang serba komplek. Menurutnya, berbeda dalam menginterpretasikan dalil-dalil agama adalah fitrah manusia, namun menjadi ujian bagi pemeluk agama untuk berlomba dalam kebaikan.
H.Nasim kepala Kantor Kemenag Tulungagung juga berpendapat moderasi beragama dan toleransi antar umat beragama adalah program prioritas Kementerian agama Tahun 2024. Kemenag menyadari bahwa Indonesia dengan multi agama, etnis, suku dan budaya adalah kekayaan/aset bangsa Indonesia yang harus dirawat.
Pendapat serupa disampaikan Ustadz Shoim – Ketua FKUB Tulungagung. Dia berpandangan bahwa, “Gemah Ripah Loh Jinawi atau Baldatun Thoyyibatun Wa-rabbun ghofuur”, harus terwujud jika semua agama kompak berdamai. Bagian penting menuju kerukunan itu, harus banyak berdoa untuk keamanan bangs ini.
Antusiasme diskusi ini tampak dari banyaknya respon peserta, mulai ketua MUI Kecamatan, Ormas dan para kiyai yang hadir. Memang, pertemuan seperti ini perlu ada follow up yang nyata, karena masih banyak PR yang real terjadi di Tengah Masyarakat. Di antaranya, problem perkawinan lintas agama, sikap perselisihan nasab habaib, penghormatan terhadap hari besar antar agama, isu radikalisme di Masyarakat dan lain-lain. Kegiatan ditutup jam 12.30 dengan foto bersama. (rif/2024)